Peningkatan Kapasitas dan ekonomi Pesisir



 

Sesuai dengan namanya Tanakeke berasal dari bahasa Makassar. “Tana” artinya tanah, dan“Keke” artinya gali. Jadi Tanakeke kurang lebih artinya tanah yang tergali. Penamaan ini kemungkinan mengacu pada kondisi sebagian besar pulau yang merupakan hutan mangrove. Kepulauan Tanakeke terdiri atas sembilan pulau yakni Pulau Bauluang, Satangnga, Lantangpeo, Labbutallua, Rewataya, Kalukuang, Dayang-Dayang, Tanakeke (pulau induk) dan Tompotana. Pulau Tanakeke bersama Pulau Bauluang, Pulau Satangga, dan Pulau Dayang-dayang termasuk dalam wilayah administrasi Kecamatan Mappakasunggu, Kabupaten Takalar di Provinsi Sulawesi-Selatan. Pulau Tanakeke sendiri sebelumnya terdiri atas dua desa yang kemudian dimekarkan menjadi empat desa pada tahun 2011, yaitu Desa Mattiro baji, Desa Tompo tanah, Desa Rewatayya dan Desa Maccini baji. Wilayah kajian program telah sampai pada penentuan lokasi hingga tingkat dusun berdasarkan hasil assessment yang sebelumnya telah dilaksanakan oleh YKL_Indonesia  Lokasi dusun yang menjadi wilayah implementasi program yaitu Dusun Tompotanah dan Dusun Cambayya pada Desa Tompo tanah, Dusun Dandedandere pada Desa Mattiro Baji serta Dusun Lantang Peo dan Dusun Rewatayya pada Desa Rewatayya.
Kelompok perempuan binaan tersebut masih dalam bentuk kelompok belajar (2012), dimana yang banyak terlibat adalah kaum perempuan yang ingin belajar dalam hal tulis menulis maupun membaca. Pendekatan kelompok belajar yang digunakan ini untuk menghindari pendekatan kelompok berdasarkan program yang terkesan berorientasi uang yang selama ini telah sering terjadi dalam program-program pemberdayaan masyarakat sebelumnya. Pendekatan kelompok berdasarkan program akan memotivasi kelompok yang terbentuk hanya berdasarkan pada pemanfaatan program untuk mendapatkan keuntungan pribadi, bukan membangun kesadaran masyarakat sendiri dalam menerima manfaat program tersebut yang memang ditujukan untuk mereka. Pendekatan kelompok belajar merupakan strategi masuk yang baik mengingat tingkat pendidikan disebagian besar masyarakat pesisir pulau-pulau kecil masih sangat memprihatinkan. Jika melihat data-data statistik tingkat pendidikan, masyarakat tanpa pendidikan maupun putus sekolah akan sangat tinggi kita temui di pulau-pulau kecil. Sarana dan prasarana maupun aksebilitas masih belum cukup mendukung untuk peningkatannya.


,


Setelah program pendidikan pesisir selesai, NGO YKL dan Oxfam melakukan pendampingan dengan bentuk pemberdayaan peningkatan ekonomi pesisIr dalam Program RCL, sejak itu kelompok dilatih bagaimana cara melakukan DAN mengelolah kelompok dengan baik dan benar, pada tahun 2013- 2015 akhir , Yayasan konservasi laut_Indonesia atau yang dikenal dikalangan masyarakat dengan nama YKL, melakukan pendampingan peningkatan ekonomi pesisir dengan program Rcl yang bekerja sama NGO Oxfam Oxfam adalah organisasi nirlaba dari Inggris yang berfokus pada pembangunan penanggulangan bencana dan advokasi,  dalam program ini NGO mengharapkan agar masyarakat setempat terutama perempuan pendapatan perekonomian mereka  bisa meningkat,  di Desan Rewataya Dusun Rewataya terdapat 3 (tiga ) kelompok usaha perempuan atau kami sering menyebutnya dengan kata KUap, KUP sipaka inga dengan jumlah anggota awal 14 anggota, KUP Melati jumlah anggota awal 10 orang, KUP sipakmaling-malinggi 15 orang, kelompok ini mulai melakukan aktifitas budidaya rumput laut pada akhir tahun 2013 sampai tahun 2015  dan  jumlah anggota 3 KUP ini sudah bertambah yakni KUP Melati 16 orang, KUP Sipaka inga 17 orang dan KUP sipakmaling-malingi 21 orang, dengan rata- rata pendapatan perbulannya sudah mencapai cukup memuaskan dan dua Kelompok Asosiasi tujuan dibentuknya asosaiasi agar kelompok yang sudah dibentuk bias  saling bekerjasama dalam berbagai hal, contoh kecilnya adalah simpan pinjam anggota kelompok dan penjualan hasil budidaya rumput laut  kelompok dampingan, saat kedua asosiasi sudah memiliki dana Masing-masing kurang lebih 80 juta yang akan dikelolah bersama anggota kelompok.  Menurut salasatu anggota kelompok “Daeng ratu” pas kami bergabung dengan kelompok kami sudah mempunyai sekitar 160 bentangan rumput laut dengan penghasilan rata-rata Rp 1.600.000/bulannya, belumpi masuk bentangan rumput lautnya suamiku” anggota kelompok juga sudah membayar utang-utangnya dipunggawa.